Demikian pula dengan saya, yang dibesarkan sambil menonton anime Jepang dari kecil. Walau sudah sekarang sudah dewasa dan punya 4 anak pun masih tidak bisa lari benar-benar dari dunia otaku. Its a part of me, cieh suit suit!
Di booth Sega, TGS
Jadi ceritanya saya harus meliput Tokyo Game Show (diundang oleh Sony Computer Entertainment) dan membuka koneksi dengan para publisher dunia. Berangkatlah saya ke Tokyo bersama istri dan mendarat di Tokyo tengah malam. Pelajaran pertama kalau mau ke Jepang, JANGAN PERNAH MENDARAT DI TOKYO TENGAH MALAM KARENA KERETA DAN BUS TIDAK ADA (terakhir jam 12). Jadi naik apa dong? Kalo enggak jalan ya harus naik taxi yang harganya sangat tidak manusiawi bagi manusia Indonesia. Apartemen yang saya sewa berada di daerah Minami Gyotokou, kalau mau naik taxi diperkirakan sekitar 9000 yen, atau hampir 1 juta rupiah.
Sampai Haneda, bukannya seneng malah keder
Otak geek sayapun berpikir lebih baik menunggu kereta yang mendarat jam 5 pagi lewat Keikyu line, dan uangnya saya bisa beli game, helm Shoei, ataupun SHF kamen rider terbaru untuk anak saya ^_^. Jadi saya bobo di terminal. Dan enggak perlu malu masalah ini, yang kena nasib sama dengan saya cukup banyak. Orang-orang bulepun banyak yang tidur di kursi airport.
Jam 4 istri saya yang enggak bisa tidur ngebangunin saya untuk sholat subuh. Saya bilang sambil nguap, "Huaahheemaangg solaat di... huaah mana" Dan ternyata Haneda Airport ini punya musala (istri saya Google)!
Berhubung khawatir musala dijadikan tempat tidur, jadi untuk masuk harus ijin dulu. Ijinnya lewat telcom dan saya omong "Prayer Room onegai shimasu". Lalu pintupun terbuka bagaikan masuk ruangan pesawat luar angkasa.
Itu logo orang salatnya salah banget wkwkwk...
Setelah stress bingung mempelajari jalur kereta yang super enggak jelas, istri saya menanyakan langsung ke petugas bagaimana caranya naik kereta ke Minami Gyotokou.
Anoo, boku wa Minami Gyotokou ike tai.. I speak english kok bu. Oh bagus ^_^
Berhubung masih di airport, everybody speaks english, jadi enggak susah. Sayapun naik kereta di Jepang pertama kalinya. Dan bukannya hepi, tapi terus terang bingung sih.
Tokyo Rail Info WTF, silakan japri kalau mau diterangin
Sampai apartemenpun saya lagi-lagi bingung. Ternyata tidak ada yang menyambut. Yang ada hanya tombol di depan pintu, setelah masukin password dari email booking, saya dan istripun masuk ke kamar yang lagi-lagi di entry pakai password. And nobody was there. Buset deh udah berasa masuk kapsul waktu gitu.
Apartemennya kecil, tapi super bersih dan super canggih. Kamar mandinya juga agak buat bingung, WCnya penuh dengan tombol aneh yang fungsinya berbeda. Setelah mempelajari ternyata ada tombol siram, tombol pemanas (jadi tempatnya duduk bisa diangetin), tombol alirkan air (supaya menutupi suara-suara aneh saat BAB), dan ada beberapa tombol lain yang sampai pulang sayapun enggak mengerti.
Muke bantal
Ceritanya sampai sini dulu ya, besok lanjut lagi. Masih di KL nih, belum sampai Jakarta. Ciaoo...
No comments:
Post a Comment