Sejak melakukan banyak riset di pasar digital, saya baru mengerti kalau Indonesia selalu dianggap sebagai pasar "unik", yang parameter dan variabelnya selalu dianggap tidak standar dan berbeda dengan pasar lainnya. Buktinya apa?
Bukti paling mudah adalah Blackberry. Perusahaan asal Kanada yang sempat menguasai pasar smart phone dunia dan akhirnya jatuh karena the rise of Apple dan Android, masih punya pasar yang bertahan di Indonesia. Saking "happening"nya BBM di Indonesia, sampai banyak orang yang rela bawa 2 handphone kemana-mana hanya karena BBM (yang saat itu) hanya ada di handset Blackberry.
Hingga sekarangpun saat Android menguasai pasar Indonesia, orang Indonesia masih betah ber BBM ria. Padahal kalau dibilang karena faktor harga, handset Blackberry beserta servisnya sekarang sudah bisa dilawan dengan Android entry level. Tapi yah karena kebiasaan itu loh. Ibarat minum kopi dan baca koran di pagi hari, yang agak sulit diganti, dengan misalnya kebiasaan "baca iPad dan minum ocha di pagi hari" yang lebih today dan sehat.
Playstation adalah merk video game dari Sony yang sudah tidak bisa diragukan lagi. Saking pedenya Sony dengan merk ini, distributor Indonesia sempat menganggap kalau brand "Playstation" tanpa promosipun masih bisa dijual. Memang benar bisa dijual, tapi dengan promosi harusnya jualannya bisa lebih banyak, ya gak?
Yasuda Tetsuhiko di rilis PS3 tahun 2009 lalu
Sejarah sudah berbicara kalau Sony Playstation walau telat, akhirnya launching juga di Indonesia 5 tahun lalu di Mal Kelapa Gading. Saat itu yang dirilis resmi adalah Playstation 3 dan PSP Go. Saat itu pula saya sempat bertanya langsung kepada President Sony Computer Entertainment Asia (Yasuda Tetsuhiko), bagaimana dengan PS3 import yang masuk dan banyak dijual di Mangga Dua? Saat itu Tetsuhiko-san curhat kalau dia sempat jalan-jalan di Mangga Dua dan kaget dengan jumlah game PS yang dibajak. Diapun sempat menjanjikan akan mengedukasi pasar Indonesia yang menurutnya memiliki potensi cukup baik.
VGI di rilis PSP Go/ PS3
Fast forward 5 tahun kemudian, akhirnya saya berkesempatan bertemu langsung dengan perwakilan SCE. Dan apa yang saya dapatkan dari pembicaraan cukup mengejutkan. Saya baru mengerti mengapa Sony Computer Entertainment seperti bingung untuk masuk pasar Indonesia.
Saya bertemu dengan Winson Lo, sebagai business development manager SCE untuk pasar Asia Tenggara. Winson yang berasal dari Hong Kong ini bercerita kalau sebenarnya SCE sangat tertarik untuk membuat event di Indonesia. GDP Indonesia yang semakin membaik adalah faktor utama SCE mulai melirik pasar Indonesia.
Yang menarik, adalah pasca rilis resmi PS3 di Indonesia, Winson sempat membuat preview gameplay Last of Us yang diselenggarakan di Jakarta, bekerja sama pula dengan VGI. Tetapi apa yang terjadi dibalik event itu cukup mengagetkan saya sebagai warga negara Indonesia.
Ternyata, tim SCE yang membawa perlengkapan eksebisi berulang kali "ditodong" oleh oknum bea cukai di bandara Soekarno Hatta. Winson bercerita dia harus mengeluarkan beberapa lembar 100 ribuan rupiah untuk melewati bea cukai, yang tidak mau tahu alasan mengapa SCE membawa perangkat game sedemikian banyak.
Walau wajah saya memerah mendengarnya karena malu, sayapun menjelaskan bahwa di Indonesia praktek semacam itu bukanlah praktek umum, tapi merupakan praktek pidana, dan sudah diselesaikan oleh KPK beberapa waktu lalu. Sayapun menjamin bahwa tim VGI siap membantu SCE untuk melakukan kegiatan apapun di Indonesia.
Di kesempatan itu pula saya menjelaskan posisi pasar digital Indonesia yang meningkat pesat di 4 tahun terakhir. Adanya 100 juta orang online dengan 7 diantaranya melakukan transaksi di internet Indonesia membuat Winson meminta saya untuk membuat proposal bisnis ke SCE Jepang, untuk menjelaskan kondisi pasar Indonesia.
Winson juga berjanji akan membantu VGI untuk membuat event berskala nasional dengan dukungan penuh dari Sony Computer Entertainment. Sebagai pemanasan, VGI dengan Sony berhasil membuat exhibition Ultra Street Fighter dan FIFA 14 di Indonesia Game Show bulan lalu. Laporannya kamu bisa baca di VGI.
FIFA 14 di IGS
Ultra Street Fighter di IGS
Di awal minggu ini pula Sony memberikan VGI hak untuk menyebarkan buku panduan dari game PS4 Last of Us Remastered, berbahasa Indonesia dalam bentuk PDF. So things is finally coming our way I think...
Hal-hal kecil seperti ini dan news feed langsung dari Sony adalah angin segar bagi gamers Indonesia. Hal ini yang sebenarnya Sony tidak tahu, karena kurangnya komunikasi. Komunikasi adalah basis penting demi memajukan Industri game di tanah air. Tidak hanya Sony, saya harap suatu saat Microsoft dan Nintendo pun bisa lebih dekat dengan gamers Indonesia.
VGI team dan Winson Lo dari SCE
Saat saya dan adik saya membangun VGI hampir 13 tahun lalu, saya selalu bermimpi kalau Indonesia suatu saat akan diakui lagi sebagai pasar yang besar di dunia. Dont get me wrong, sebelum krismon Indonesia tahun 97, tahukah anda kalau SNK Jepang (sebelum diakuisi oleh Playmore) pernah membuat pameran di Jakarta Convention Center? Tahukah anda akan hadirnya SS Mega Dunia Sega yang ada di Bintaro dan Plaza Senayan? Tahukah anda Nintendo pernah memiliki importir (dengan dukungan servis) di daerah Pintu Air Jakarta Barat? Tahukah anda Neo Geo memiliki Sole Agent yang lokasinya ada didepan Blok M Plaza, dan sempat membuat turnamen King of Fighters 97 di Neo Geo AES? The list goes on...
Koin SS Mega Dunia Sega, ada yang nyimpen?
Info lain yang cukup menarik yang bisa saya dapatkan adalah, pasar Indonesia yang sangat welcome dengan console PS4 sehingga diperkirakan akan melewati penjualan game PS4 di Malaysia dan Singapura di akhir tahun ini. Penjualan voucher PSN juga cukup mencengangkan SCE pusat di Tokyo.
Dengan mulai hadirnya Sony Computer Entertainment di Indonesia karena GDP Indonesia yang meningkat, saya harap bisa membuka mata produsen game lainnya ikut nyemplung di Indonesia. Jadi makin ramai, kan?
Kelly
Nice article Mr. Kelly
ReplyDeleteMakasih ya. Come again
DeleteApa Sony sudah perhitungkan Software gamenya tidak akan dibajak di Indo? karena kalau harga asli gamenya di Sydney sekitar A$49.95, ini yang baru kalau second hand masih sekitar A$25-an, kalau Sony bisa keluarkan software game yang murah memang pasar di Indo sangat menantang. kalau mereka pakai moto biar murah asal bisa jual banyak mungkin engga ada yang akan membajak karena aslinya murah. Jadi business mereka bisa lancar...ini dari Tante.
ReplyDeleteUntuk pasar Indonesia memang sony blm serius. Krn itu harga msh blm diatur sedemikian rupa. Ps4 blm ada bajakannya tante
Deletelink artikel vgi juga di tulis disini (link.. bukan isi artikelnya)
ReplyDeleteOk akan saya update. Thx ya
DeleteMr. Kelly, apabila Sony bisa memberikan dua pilihan packing:
ReplyDelete1. Packing standar sekarang dengan kisaran harga 500.000
2. Value packing dengan kisaran harga 150-200.000
Saya kira, beberapa gamer yang ga peduli dengan packing, selama bisa mainkan game fave nya, bakal berpindah dari bajakan ke ori minded.
Pertanyaan saya, bisakah game-game itu dibuat value pack seperti dvd-dvd movie original? apa itu hanyalah mimpi?
Sblm sony melakukan hal2 promosi, Sony harus dulu masuk kesini dan membuka perwakilan resmi. Banyak yg jd disiapkan untuk hal tsb. Tanpa ada yg menjelaskan ke sce Jepang mengenai kondisi pasar Indonesia, hal ini akan terus jd hanya mimpi. Ini yg kami perjuangkan. Harga murah tentu aja bisa diatur jika dilakukan dengan persiapan matang dr marketing sony
Delete